Baru-baru
ini saya membaca sebuah tulisan berbahasa Inggris yang cukup menggetarkan hati
saya. Mengapa? Ternyata salah satu negara tetangga kita merupakan ekspotir
terbesar ikan hias di dunia. Lalu pertanyaan saya, bagaimana mungkin sebuah
negara yang luas wilayahnya tidak lebih
besar dari pulau Bali bisa menjadi penghasil ikan hias terbesar di dunia, yang termasuk
salah satunya arwana.
Lalu
saya teringat dengan para peternak arwana di Sleman yang sering mendapatkan
kunjungan pedagang asing. Mereka disambut dengan ramah. Cukup hangat, hingga suatu
saat tamu istimewa tersebut menyatakan minatnya membeli ikan arwana mereka
secara borongan. Para peternak membuka tangan lebar-lebar tanda setuju. Alhasil, peristiwa yang saya baca di atas
terjadi. Si pedagang seolah dikenal sebagai produsen arwana terbaik, sedangkan
si peternak Sleman raib dari perhatian banyak orang.
Saya
berpikir jika harusnya peternak kita, khususnya di Slemen mendapatkan
penghargaan terbesar sebagai penyedia arwana terbaik di dunia. Karena faktanya demikian. Namun secara global
keberadaan peternak arwana Yogya raib, kalah oleh keberadaan pengumpul asal
luar negeri.
Saya
tidak ingin menyalahkan para pedagang asing, lalu menuduh mereka tengah mencuri
kekayaan alam kita. Saya juga memaklumi adanya sejumlah masalah yang dihadapi
peternak, sehingga selalu menjadi pihak yang lemah dalam persaingan.
Pertama
tentunya adalah masalah kelembagaan. Petani seringkali bertindak secara
individual. Seharusnya petani arwana perlu memiliki organisasi yang kuat. Dengan
berkumpul dalam sebuah wadah, entah itu organisasi, atau kelompok peternak,
mereka bakal menjadi kekuatan ekonomi. Banyak
pihak yang mendekati. Entah itu
perbankkan, perusahaan pakan, obat-obatan dsb.
Dengan
berkumpul bersama, petani dapat menghimpun kekuatan berupa modal, tenaga,
pengetahuan dsb untuk kebaikan bersama. Sebuah koperasi petani di Sultra mampu
menghimpun dana hingga 2 M yang dapat dimanfaatkan petani sebagai modal kerja.
Kedua, pengetahuan pasar.
Apa yang membuat pengumpul bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dalam
sebuah sistem perdagangan? Tidak semata-mata karena memiliki modal yang besar,
tapi tapi juga pengetahuan yang mereka miliki. Oleh sebab itu, perlu peran pemerintah
terkait hal tersebut. Yakni, memberikan pelatihan soal pemasaran dan mutu
maupun menghubungkan petani dengan pembeli potensial.
Kedua
hal menjadi objek pembinaan yang sedang saya jalankan, meskipun belum
memberikan hasil belum menggembirakan. Harapan saya ke depan, melalui perbaikan
kedua aspek tersebut peternak arwana lebih sejahtera dan bermartabat. Sehingga
kita bisa merebut kebanggaan kita kembali sebagai penghasil arwana terbaik di
dunia.
@Roberto
Penggagas
Cinta Arwana Yogya